Survey Prevalensi Kecacingan di SDN Claket Pacet
Penyakit kecacingan merupakan penyakit akibat infeksi yang mematikan tidak mematikan namun menimbulkan berbagai masalah seperti menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas. sebagian besar kecacingan pada siswa disebabkan oleh cacing Soil Transmitted Helminth (STH) salah satunya cacing tambang .
Penyakit kecacingan termasuk salah satu penyakit tropis yang paling terabaikan yang ada di Indonesia, dapat menyerang semua umur tetapi lebih sering menyerang anak usia sekolah dan usia sekolah dasar.
Infeksi kecacingan termasuk neglected disease atau penyakit yang terabaikan, namun pada kenyataannya masih banyak diderita oleh anak usia sekolah. Anak-anak merupakan kelompok populasi yang rentan, infeksi kecacingan tersebar di daerah beriklim tropis dan subtropis, dengan kasus tercacat melebihi 267 juta anak usia prasekolah dan lebih dari 568 juta anak usia sekolah (WHO, 2020).
Cacing dapat masuk, menginfeksi tubuh manusia melalui mulut, kontak tangan ataupun kaki dengan media makanan dan tanah yang terkontaminasi larva. Agen penyebab infeksi kecacingan yang paling banyak ditemukan pada penelitian yang berlokasi di Asia adalah parasit Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura. Sedangkan dari penelitian yang berlokasi di Afrika berupa Ascaris lumbricoides, Hookworm dan Trichuris trichiura. Di Indonesia, kasus kecacingan masih mempunyai prevalensi yang tinggi di beberapa daerah yaitu berkisar 60% – 90% pada masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah terlebih dengan kondisi akses sanitasi terbatas (Kemenkes, 2020). Mayoritas kelompok usia paling banyak terinfeksi adalah usia 5-14 tahun, sebanyak 21% kasus menyerang anak usia sekolah dasar (Merisa, dkk., 2014).
Usia anak sekolah dasar merupakan periode dengan pertumbuhan yang sangat pesat baik otak, fisik, dan mental sehingga kesehatan merupakan bagian utama untuk diperhatikan. Kejadian infeksi kecacingan pada anak usia sekolah dasar erat hubungannya dengan higiene perorangan anak. Perilaku higiene yang berhubungan dengan kecacingan pada anak sekolah dasar antara lain adalah perilaku konsumsi sayuran dan buah yang tidak dicuci/dimasak terlebih dulu, tidak memotong/membersihkan kuku secara teratur, tidak menggunakan alas kaki, Buang Air Besar (BAB) sembarangan, tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah BAB, tidak mengkonsumsi air minum yang aman (Rohmah, dkk., 2022).
Dalam upaya pencegahan dan penanganan infeksi kecacingan pada anak sekolah, diperlukan upaya edukasi terkait higiene perorangan kepada anak sekolah dasar, serta ditunjang dengan pengadaan/perbaikan fasilitas sanitasi, dan memberikan obat cacing setiap enam bulan sekali.
Puskesmas Pacet pun turut serta dalam program pencegahan kecacingan pada anak dengan melakukan survey prevalensi kecacingan di SDN Claket Pacet pada hari senin, 10 Oktober 2022 dengan melakukan Random siswa untuk memilih 7 siswa per tingkatan kelas untuk diambil sampel tinjanya untuk selanjutnya diperiksa. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan pengukuran antopometri siswa terandom kemudian melakukan pengisian kuesioner PHBS.
sumber : Penulis: Retno Adriyani, ST., M.Kes.
Judul: Personal Hygiene as A Risk Factors of Helminthiasis among Primary School Students in Asia and Africa: A Literature Review
https://www.unair.ac.id/2022/08/15/higiene-perorangan-sebagai-faktor-risiko-kejadian-infeksi-kecacingan-pada-anak-sekolah-dasar/